Ekonomi Ekstraktif Indonesia Dorong Krisis Iklim, Risiko Pemanasan Global Kian Nyata

photo author
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 13:05 WIB
Ilustrasi Ekonomi ekstraktif berbasis fosil bikin Indonesia rawan krisis iklim. (Foto: freepik.com/bugphai)
Ilustrasi Ekonomi ekstraktif berbasis fosil bikin Indonesia rawan krisis iklim. (Foto: freepik.com/bugphai)

PURWAKARTA ONLINE - Model ekonomi ekstraktif berbasis energi fosil di Indonesia ancam iklim. UNEP: dunia hanya 14% peluang batasi pemanasan global 1,5°C.

Sistem ekonomi global, termasuk Indonesia, selama ini dibangun di atas pola ekstraktif: mengeksploitasi sumber daya alam, menguras energi fosil murah, dan mengejar pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

Pola ini memang berhasil mengerek Produk Domestik Bruto (PDB) dan menekan angka pengangguran.

Namun, harga yang dibayar amat mahal: kerusakan lingkungan, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga percepatan krisis iklim.

Baca Juga: Menyedihkan! Budaya Kerja Indonesia Mulai Terkikis, Onboarding Abai Bikin Karyawan Baru Resah

Dunia di Ambang Krisis Iklim

Sejak abad ke-19, ledakan populasi manusia mendorong konsumsi dan produksi eksploitatif dalam skala besar.

Akibatnya, suhu global terus meningkat, ekologi rusak, dan cuaca ekstrem makin sering terjadi.

Laporan terbaru UNEP (United Nations Environment Programme) memperingatkan fakta mencengangkan: dunia hanya memiliki 14% peluang untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C, sesuai target Paris Agreement.

Artinya, jika pola ekonomi ekstraktif ini terus dipertahankan, dunia termasuk Indonesia berada di jalur menuju bencana iklim.

Baca Juga: Darurat Pinjol! Bennix Sebut Utang Online Bisa Hancurkan Keluarga dan Perusahaan

Indonesia Kaya Sumber Daya, Tapi Rapuh Lingkungan

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan ekonomi yang masih menganut model business as usual, tetap fokus pada pertumbuhan PDB.

Hilirisasi tambang, ekspansi industri energi fosil, hingga pembangunan besar-besaran memang mendongkrak ekonomi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X