Sosok Mistis: Mbah Jawer, Penguasa Waduk
Dari sekian banyak tragedi, muncul satu nama yang sering disebut dalam cerita rakyat: Mbah Jawer.
Sosok misterius yang digambarkan sebagai makhluk berwujud manusia dengan "jawer" atau jengger di atas kepala, seperti ayam jantan.
Kisah kelamnya dimulai dari seorang bayi malang yang lahir dengan kondisi fisik tak biasa. Karena dianggap aib, sang ayah membuang bayi itu ke Sungai Citarum yang kemudian menjadi bagian dari wilayah Waduk Jatiluhur.
Baca Juga: ASN Sambut Rencana Kenaikan Gaji 2025, Publik Tunggu Peningkatan Layanan
Ramalan seorang spiritualis kala itu mengatakan “Jika bayi ini dirawat, daerah ini akan makmur. Jika dibuang, akan datang malapetaka besar.”
Dan benar saja. Setelah bayi dibuang:
- Air Sungai Citarum meluap.
- Daerah sekitar mulai tenggelam.
- Korban jiwa terus bertambah, baik dalam pembangunan maupun setelah waduk selesai.
Warga percaya bahwa Mbah Jawer kini menghuni Waduk Jatiluhur, menagih tumbal setiap tahunnya.
Deretan Tragedi Terkini di Waduk Jatiluhur
Tragedi tak berhenti di masa lalu. Hingga kini, Waduk Jatiluhur masih sering merenggut korban jiwa — mulai dari kecelakaan, tenggelam, hingga kejadian misterius.
????Beberapa Kasus Terbaru:
- Seorang siswa SMA tenggelam saat berenang bersama teman-temannya. Saksi menyebut korban kram di tengah air dan tak bisa diselamatkan.
- Seorang anak kecil usia 4,5 tahun tenggelam di area jaring apung. Jenazahnya baru ditemukan empat hari kemudian, di tempat yang sama.
- Seorang kakek 65 tahun asal Bandung hilang saat memancing. Ditemukan tak bernyawa keesokan harinya. Tidak ada tanda-tanda kejanggalan, tapi teman-temannya merasa ada “sesuatu” yang janggal saat mereka sedang memancing.
Baca Juga: Berapa Gaji Karyawan Dapur MBG? Ini Penjelasan Resmi BGN
Mitos atau Kenyataan?
Mitos tumbal, legenda Mbah Jawer, dan ribuan korban selama dan setelah pembangunan Waduk Jatiluhur membuat tempat ini tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, tapi juga sebagai situs dengan energi spiritual yang kuat.
Banyak warga dan wisatawan percaya: