BMKG Perjelas Gempa Megathrust: Ini Bukan Peringatan Dini, Tapi Mitigasi

PURWAKARTA ONLINE - Dalam beberapa minggu terakhir, perhatian masyarakat Indonesia tersedot oleh kabar tentang potensi gempa besar yang mengintai di zona megathrust, khususnya di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Banyak yang salah kaprah menganggap ini sebagai peringatan dini bahwa gempa besar akan segera terjadi.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan tegas meluruskan kesalahpahaman ini.

Mengapa Megathrust Menjadi Perhatian?

Istilah "megathrust" merujuk pada zona subduksi, di mana lempeng tektonik Bumi saling bertabrakan, menyebabkan salah satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lainnya.

Baca Juga: Potensi Gempa Besar Megathrust Ancam Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, Ancaman yang Mengerikan akan Datang! Tinggal Menunggu Waktu

Lokasi-lokasi ini, yang sebagian besar berada di bawah laut, sangat berpotensi menghasilkan gempa besar dan tsunami dahsyat.

Dalam konteks Indonesia, terdapat beberapa zona megathrust yang sudah lama diketahui keberadaannya, termasuk di antaranya Subduksi Sunda yang mencakup Sumatra, Jawa, dan Bali.

Sejak tsunami Aceh 2004, diskusi tentang megathrust dan bahayanya menjadi semakin intens.

Profesor Danny Hilman Natawidjaja dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN menyebutkan bahwa diskusi ini sudah berlangsung sejak lebih dari dua dekade lalu, menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini di Indonesia.

Baca Juga: BMKG Klarifikasi Ancaman Gempa Megathrust, Menyikapi Potensi Bahaya di Indonesia Setelah Insiden Nankai, Jepang

Potensi Bahaya, Bukan Kiamat Besok

Pembahasan tentang gempa megathrust sering kali memunculkan kekhawatiran berlebih di kalangan masyarakat.

Namun, Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, menekankan bahwa perhatian terhadap megathrust ini bukanlah peringatan dini yang mengindikasikan gempa besar akan segera terjadi.