Menurut antropolog Bronislaw Malinowski, budaya adalah respon atas kebutuhan dasar manusia.
Di Urug, kebutuhan spiritual dipenuhi melalui Islam, sementara kebutuhan sosial-budaya dipenuhi oleh Sunda Wiwitan. Contohnya:
- Upacara adat memenuhi kebutuhan reproduksi sosial (kekerabatan).
- Ngajaga leuweung (menjaga hutan) adalah bentuk safety (perlindungan ekologis).
Baca Juga: Game Edukasi Gratis! Belajar Sambil Bermain yang Menyenangkan dan Bermanfaat untuk Anak
Peran Kunci Abah Ukat
Ketua Adat ke-15 dari garis Prabu Siliwangi ini menjadi penjaga gawang tradisi.
Setiap kebijakan baru harus melalui persetujuannya, termasuk pembangunan yang tidak boleh mengganggu situs sakral seperti Gedong Gede.
Kampung Urug membuktikan bahwa agama dan budaya bisa berjalan seiring.
Warisan Prabu Siliwangi tetap hidup, bukan sebagai kontradiksi, melainkan kekayaan yang memperkaya iman.***
Artikel Terkait
Mengungkap Asal Usul Siliwangi dan Pajajaran, Sejarah Kerajaan Sunda dan Galuh yang Menarik
Prabu Siliwangi: Legenda Raja Pajajaran, Sosok Toleran dalam Sejarah dan Budaya Jawa Barat yang Abadi
Zaman Keemasan Prabu Siliwangi: Kejayaan Pajajaran, Kepemimpinan Bijaksana, dan Warisan Budaya Sunda
Kedekatan Dedi Mulyadi dan Hashim Djojohadikusumo, Representasi Pajajaran dan Majapahit?
Kejayaan Ekonomi Kerajaan Pajajaran, Lada dan Pelabuhan Sebagai Kunci Utama
Sejarah dan Kehidupan Sosial Kerajaan Pajajaran, Antara Kemakmuran dan Kejayaan
Daftar Raja Pajajaran Berdasarkan Tulisan Kuno, Mengungkap Sejarah Sunda
Aliansi Strategis Kerajaan Pajajaran dan Portugis, Upaya Bertahan di Tengah Gelombang Islamisasi di Jawa Barat
Prabu Surawisesa Tandatangani Aliansi Kerajaan Pajajaran dengan Portugis
Mitos Pajajaran VS Majapahit, Larangan Menikah yang Hampir Picu Konflik Besar!