Sekembali dari New York saya mendapat kepercayaan di berbagai posisi, yakni sebagai Koordinator Kerjasama Antara dengan Kantor Berita Inggris Reuters, CEO di anak perusahaan Antara "Indonesia Market Quotes" (IMQ), dan Kepala Biro Antara Jawa Barat.
Selanjutnya saya mendapat amanah sebagai Direktur Utama Dana Pensiun Antara, Koordinator Staf Ahli, General Manager (GM) Pengembangan Bisnis, dan terakhir (sekarang) sebagai Direktur Pemberitaan Antara.
Khusus sebagai Direktur Pemberitaan, posisi ini adalah berdasarkan hasil "fit and proper test" yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen atas permintaan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pesertanya adalah direksi petahana, para GM, dan beberapa Kepala Biro Antara Daerah.
Pada era konvergensi media serta perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang pesat dewasa ini Antara juga harus menjadi semacam "clearing house" (rumah penjernihan) atau tempat untuk meluruskan isu-isu negatif yang kini banyak berseliweran, khususnya di media sosial.
Maka, dalam kaitan ini saya selalu menekankan bahwa berita-berita Antara harus bersifat mendidik, mencerahkan, dan memberdayakan masyarakat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Antara itu sendiri didirikan oleh para pemuda pejuang, jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada 13 Desember 1937. Para pendiri kantor berita itu adalah Adam Malik, Pandu Kartawiguna, AM Sipahutar, dan Sumanang.
Khusus Adam Malik, setelah Indonesia merdeka, dia menduduki berbagai jabatan penting dan strategis, antara lain sebagai Presiden Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri, dan Wakil Presiden RI.
Jika sebelum kemerdekaan Antara "menjembatani" kepentingan rakyat dan pejuang kemerdekaan (dan begitu pula sebaliknya), pada era setelah proklamasi kemerdekaan hingga sekarang kantor berita ini harus selalu dapat menjembatani kepentingan rakyat dengan pemerintah atau kepentingan pemerintah dengan rakyat Indonesia.
Bagi saya, bekerja sebagai wartawan di Antara adalah ibadah, dan jabatan selaku Direktur Pemberitaan adalah amanah. Maka, amanah itu harus dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan dan kemajuan Antara ke depan serta untuk kesejahteraan karyawan dan wartawannya.
Lebih dari itu, visi saya adalah menjadikan Antara sebagai kantor berita berkelas dunia serta menjadikan kantor berita tersebut sebagai "State Public Relations" yang handal dan terpercaya serta selalu mengedepankan kepentingan nasional, baik ke dalam maupun ke luar negeri.
"Last but not least", sebagai wartawan, saya tambah bersyukur dan bangga karena mendapat kepercayaan selaku salah satu penguji dalam Uji Kompetisi Wartawan (UKW) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).***
Artikel Terkait
Cita-cita Saya Menjadi Seorang Pembisnis
Memperbaiki Kehidupan dengan Pekerjaan Bidang Hukum
Mimpi Besar Menjadi Ustadzah Pendakwah Digital dan Sukses di Bisnis Fashion
Meraih Cita-cita Untuk Menjadi Animator
Jangan Remehkan Aku, Pelajaran Lembut tentang Kehidupan dan Kasih Sayang
Teknologi dari Zaman Penjajahan Belanda Ternyata Masih Dipakai Lho
7 Tokoh Kemerdekaan yang Berprofesi sebagai Penulis
Pagi yang Damai, Hati yang Bising Inilah Sebuah Perjalanan Menuju Kesadaran Hakiki
Dokter-dokter yang Berjasa Dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia
Kala Pagi Menyapa dan Kopi Berbicara, Tafsir Sunyi Tentang Makna Manusia di Hadapan Tuhan