Jangan Remehkan Aku, Pelajaran Lembut tentang Kehidupan dan Kasih Sayang

Ditulis Oleh Dadan Hamdani Mahasiswa STAI Al-BADAR Cipulus Purwakarta

PURWAKARTA ONLINE - Tahukah kamu, bahwa kita 'manusia' sebenarnya tak jauh berbeda dari hewan, bahkan dari tumbuhan sekalipun.

Kita semua adalah makhluk hidup. Kita bertumbuh, merasakan perasaan, dan memiliki keinginan untuk bergerak sesuai dengan naluri kita.

Jika dilihat dari sisi ini, maka tak ada bedanya kita dengan seekor kucing, atau sebatang pohon di halaman rumah.

Bahkan rumput liar yang sering kita injak atau cabut sembarangan pun sebenarnya memiliki kehidupan—dan mungkin, perasaan—yang tak bisa kita lihat dengan mata biasa.

Ada satu kisah penuh makna dari Sunan Bonang, salah satu wali besar dalam sejarah Islam di Nusantara.

Suatu hari, beliau menangis hanya karena tidak sengaja mencabut sehelai rumput kecil dari tanah. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin dianggap remeh. Tapi tidak bagi beliau.

Saat mencabut rumput itu, Sunan Bonang membayangkan bagaimana rasanya jika dirinya, atau seseorang yang ia cintai, sedang menikmati hidup, lalu tiba-tiba nyawanya diambil begitu saja tanpa peringatan, tanpa persiapan.

Bayangkan kamu sedang tertawa bersama keluarga, merayakan sesuatu yang indah, lalu datang kabar duka.

Seketika segalanya berubah. Itulah perasaan yang tergambar dalam hati Sunan Bonang saat melihat rumput kecil itu tercerabut dari tanahnya.

Kisah ini bukan hanya tentang rumput. Ini adalah pelajaran tentang rasa. Tentang betapa berharganya setiap makhluk ciptaan Tuhan, sekecil dan setidak terlihat apapun mereka.

Ini juga pengingat, bahwa dalam setiap tindakan kita, harus selalu ada hati. Harus ada kesadaran bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan tanpa maksud.

Dan barangkali, dengan sedikit kelembutan hati, kita bisa lebih berhati-hati dalam melangkah, lebih peka terhadap sekitar, dan lebih dekat dengan Sang Pencipta.***