PURWAKARTA ONLINE - Bitcoin capai rekor Rp1,93 miliar per koin. Investor dihadapkan pada peluang besar tapi juga risiko tinggi akibat volatilitas pasar.
Harga Bitcoin kembali menggemparkan pasar global. Pada Kamis, 14 Agustus 2025, aset digital ini menembus rekor tertinggi 124.480 dolar AS atau Rp1,93 miliar per koin.
Reli tersebut dipicu oleh pembelian masif institusi keuangan global dan langkah Presiden AS Donald Trump yang membuka investasi kripto dalam dana pensiun senilai 9 triliun dolar AS.
Kendati sempat anjlok ke Rp1,83 miliar hanya beberapa jam setelah rekor tercapai, tren ini memperlihatkan semakin tingginya peran Bitcoin dalam portofolio investasi global.
Baca Juga: Buru-Buru Klik! Misteri Link Full Video Amalia Mutiya yang Bikin Netizen Heboh
Aset Digital Kian Diakui
Kenaikan Bitcoin ke rekor tertinggi mencerminkan peluang baru, baik bagi investor institusional maupun individu:
- Legitimasi Global
Kebijakan pemerintah AS membuat Bitcoin lebih diterima sebagai instrumen investasi jangka panjang, bukan sekadar aset spekulatif. - Hedging Inflasi
Banyak analis menilai Bitcoin bisa menjadi lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan pelemahan nilai mata uang fiat. - Fenomena Treasury Bitcoin
Hingga kini, tercatat ada 165 perusahaan publik global yang memegang Bitcoin dalam neraca keuangannya. Tren ini menambah keyakinan investor bahwa kripto memiliki peran strategis di pasar keuangan.
Volatilitas Hingga Regulasi
Namun, di balik peluang besar itu, Bitcoin tetap menyimpan risiko tinggi:
- Volatilitas Ekstrem
Dalam sehari saja, Bitcoin bisa jatuh 4–5 persen dari level puncaknya. Koreksi dari Rp1,93 miliar ke Rp1,83 miliar jadi bukti nyata betapa cepatnya pergerakan harga. - Regulasi yang Belum Pasti
Meski semakin diakui, regulasi global, termasuk di Indonesia, masih penuh ketidakpastian. Hal ini dapat memengaruhi likuiditas dan keamanan investor ritel. - Risiko Psikologis Investor
Euforia pasar bisa mendorong investor masuk tanpa strategi yang jelas. Padahal, tanpa kesiapan menghadapi fluktuasi, potensi kerugian justru lebih besar.
Baca Juga: Warga Cirebon Terpukul! Kenaikan PBB Menyiksa Warga Polemik Rumah Sedehana Bikin Resah
Investor Indonesia
Bagi investor di Indonesia, tren ini bisa menjadi peluang untuk diversifikasi aset. Namun, perlu diingat bahwa Bitcoin tidak memiliki underlying asset seperti saham atau obligasi.
Pakar investasi menyarankan agar porsi Bitcoin dalam portofolio tidak lebih dari 5–10 persen dari total aset, serta diperlakukan sebagai aset berisiko tinggi.