Ekstraktif Buat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Rapuh, Saatnya Beralih ke Inklusif

photo author
- Rabu, 3 September 2025 | 12:00 WIB
Ekonomi ekstraktif bikin pertumbuhan Indonesia rapuh. Solusi? Bangun institusi inklusif demi masa depan berkelanjutan. (Dok. Bank BRI)
Ekonomi ekstraktif bikin pertumbuhan Indonesia rapuh. Solusi? Bangun institusi inklusif demi masa depan berkelanjutan. (Dok. Bank BRI)
  • Institusi inklusif → membuka partisipasi luas, memberi kepercayaan pada masyarakat dan pengusaha, menjamin hak properti, mendorong inovasi.
  • Institusi ekstraktif → hanya menguntungkan segelintir elite politik dan pengusaha, membatasi kesempatan ekonomi mayoritas, serta menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Pertumbuhan Berkelanjutan Butuh Institusi Inklusif

Robinson menekankan bahwa perbedaan antara negara kaya dan miskin terutama terletak pada kualitas institusi ekonomi dan politiknya.

Negara dengan institusi inklusif bisa menjaga pertumbuhan tetap berkelanjutan, sementara yang ekstraktif hanya melahirkan ketimpangan dan stagnasi.

Baca Juga: Ekonomi Ekstraktif Bikin Indonesia Rapuh Saatnya Bangun Institusi Inklusif

Lingkaran umpan balik juga terjadi:

  • Politik inklusif → melahirkan ekonomi inklusif, membuka kesempatan bagi inovasi dan pemerataan.
  • Politik ekstraktif → mengokohkan ekonomi ekstraktif, yang membuat pertumbuhan rapuh dan timpang.

Ekonomi Restoratif

Indonesia butuh melampaui jebakan ekstraktif. Menurut Bima Yudhistira, kuncinya adalah beralih ke ekonomi restoratif:

  • Menjaga keberlanjutan sumber daya alam.
  • Mengutamakan riset, inovasi, dan industri bernilai tambah.
  • Memberi ruang bagi masyarakat lokal dan lingkungan.

“Cukup sudah dengan ekstraktif. Kita punya pilihan yang lebih baik,” tegas Bima.

Pertumbuhan ekonomi yang sejati bukan sekadar angka di atas kertas. Ia harus dirasakan oleh semua orang, bukan hanya segelintir elite.

Untuk itu, Indonesia harus berani membangun institusi inklusif dan meninggalkan ekonomi ekstraktif.

Baca Juga: Dampak Globalisasi Pada Struktur Sosial Masyarakat

Dengan begitu, pertumbuhan tidak hanya tinggi, tapi juga tahan lama, adil, dan menyehatkan bangsa.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia rapuh karena bergantung pada sektor ekstraktif. Solusi? Tinggalkan ekstraktif, bangun institusi inklusif, dan wujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X