Ekstraktif Buat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Rapuh, Saatnya Beralih ke Inklusif

photo author
- Rabu, 3 September 2025 | 12:00 WIB
Ekonomi ekstraktif bikin pertumbuhan Indonesia rapuh. Solusi? Bangun institusi inklusif demi masa depan berkelanjutan. (Dok. Bank BRI)
Ekonomi ekstraktif bikin pertumbuhan Indonesia rapuh. Solusi? Bangun institusi inklusif demi masa depan berkelanjutan. (Dok. Bank BRI)

PURWAKARTA ONLINE - Indonesia memang terus mencatat pertumbuhan ekonomi positif.

Namun, pertumbuhan itu rapuh dan tidak menjamin Indonesia bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.

Peringatan ini datang dari Direktur Eksekutif Celios, Bima Yudhistira, yang menyoroti ketergantungan besar pada sektor ekstraktif.

“Ekstraktif ini selalu buat kita kejang-kejang. Karena sensitifitasnya di luar kendali pemerintah maupun pelaku usaha domestik,” ungkap Bima.

Baca Juga: Persib Bandung Resmi Datangkan Andrew Patrick Jung, Lengkapi 11 Pemain Asing Musim 2025/2026

Pertumbuhan Semu 

Ekonomi Indonesia kerap didorong oleh lonjakan harga komoditas: nikel, batu bara, dan minyak sawit. Tetapi ketika harga jatuh, pertumbuhan langsung melemah.

“Siapa yang tahu harga nikel hancur seperti hari ini?” kata Bima.
Artinya, pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekstraksi alam hanya semu.

Ia tidak stabil, mudah terombang-ambing pasar global, dan tidak menghasilkan daya tahan jangka panjang.

Jalan Panjang Menuju Negara Maju

Perjalanan Indonesia menuju “Indonesia Maju” memang masih panjang. Meski saat ini masuk kategori upper middle income country, itu tidak otomatis menjamin Indonesia akan jadi negara maju.

Baca Juga: Ancaman Nyata di Balik Tambang, Indonesia Harus Lepas dari Jerat Ekonomi Ekstraktif

Dari 194 negara di dunia, hanya sedikit yang berhasil naik kelas menjadi high income country. Banyak negara justru gagal di tengah jalan, meski punya sumber daya alam melimpah.

Kegagalan itu, menurut Daron Acemoglu dan James Robinson, terjadi karena pilihan institusi:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X