Dairi Daerah Mana? Kisah Pedalaman Danau Toba dan Peran PAFI dalam Membangun Kesehatan
PURWAKARTA ONLINE, Dairi - Kabupaten Dairi, sebuah wilayah pedalaman di pesisir barat Danau Toba, Sumatera Utara, seringkali terlupakan dalam peta wisata sejarah Indonesia.
Namun, di balik gemericik air terjun dan hamparan perkebunan kopinya, tersimpan narasi panjang tentang perjuangan kemerdekaan, tradisi masyarakat adat, dan upaya modernisasi layanan kesehatan melalui Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Dairi.
Dari Masa Kolonial Hingga Kemerdekaan, Jejak Sejarah Dairi
Sebelum Belanda masuk, Dairi adalah wilayah yang dikelola oleh pemimpin adat dengan sistem tradisional.
Kedatangan VOC mengubah struktur pemerintahan—Belanda menempatkan controleur (pengawas) dan demang lokal untuk mengontrol wilayah ini.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), pemuda Dairi dipaksa menjadi romusha untuk membangun Jalan Sidikalang sepanjang 65 km.
Setelah kemerdekaan, Dairi sempat kembali dikuasai Belanda dalam Agresi Militer 1947 sebelum akhirnya benar-benar merdeka pada 1949.
Pemekaran wilayah pun terjadi pada 1964, Dairi resmi menjadi kabupaten mandiri, lalu pada 2003, sebagian wilayahnya memisahkan diri menjadi Kabupaten Pakpak Bharat.
Kini, Dairi memiliki populasi lebih dari 324 ribu jiwa (2023) dengan Sidikalang sebagai ibu kotanya.
PAFI Dairi, Mengawal Kesehatan Masyarakat di Pedalaman
Di tengah tantangan geografis yang terpencil, PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) hadir sebagai garda terdepan dalam meningkatkan layanan kesehatan masyarakat.
Berdiri sejak 13 Februari 1946, PAFI tidak hanya berperan di tingkat nasional tetapi juga aktif di daerah, termasuk Dairi.
PAFI Dairi berkontribusi melalui: