PURWAKARTA ONLINE, Kerinci - Di balik pesona Danau Kerinci dan hamparan perkebunan teh Kayu Aro, tersimpan cerita tentang Suku Kerinci—kelompok etnis yang menyebut diri mereka Uhang Kinci atau Uhang Kincai. Berdiam di dataran tinggi Jambi, suku ini adalah penjaga warisan budaya yang telah bertahan ribuan tahun, dari era Austronesia hingga pengaruh Kesultanan Melayu.
Asal-Usul, Migrasi Austronesia dan Bukti Arkeologis
Nenek moyang Suku Kerinci diperkirakan tiba di wilayah ini sekitar 3.500 tahun lalu, bersamaan dengan gelombang migrasi penutur Austronesia. Buktinya ditemukan di situs Bukit Arat dan Koto Pekih, berupa beliung persegi, tembikar slip merah, serta tradisi megalitik seperti Batu Silindrik dan Tempayan Kubur. Uniknya, jejak manusia modern di Kerinci bahkan lebih tua—fragmen obsidian di Gua Ulu Tiangko (Merangin) menunjukkan aktivitas manusia sejak 15.000 tahun silam.
Bahasa dan Aksara Incung, Identitas yang Tak Pudar
Bahasa Kerinci termasuk rumpun Melayu-Polinesia, dengan dialek bervariasi antar-dusun. Yang istimewa, suku ini memiliki aksara Incung—turunan aksara Sumatra Kuno yang digunakan sejak abad ke-14. Aksara ini menjadi simbol literasi tradisional, ditulis di atas kulit kayu dan bambu untuk catatan adat maupun syair.
Sistem Matrilineal dan Pemerintahan Adat
Suku Kerinci menganut sistem matrilineal, di mana harta pusaka dan gelar adat diwariskan melalui garis ibu. Struktur sosialnya unik:
Tumbi (rumah tangga) → Perut (klan kecil) → Kelbu (subsuku) → Luhah (persekutuan klan).
Pemerintahan tradisional dipimpin Depati (kepala adat) dengan hierarki rumit, seperti Depati IV di Kerinci Tinggi dan Depati III di Kerinci Rendah.
Pengaruh Hindu-Buddha hingga Islam
Meski pengaruh Hindu-Buddha terlihat dari temuan arca perunggu Awalokiteswara, Islamisasi Kerinci diperkirakan dimulai abad ke-15 oleh Siak Nan Berenam (enam ulama penyebar Islam). Ritual seperti Aseik Tulak Bala masih dilakukan, menggabungkan kepercayaan lokal dengan Islam.
PAFI Kerinci, Menjaga Warisan di Era Modern
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kabupaten Kerinci tak hanya berperan dalam dunia kefarmasian, tetapi juga aktif mendokumentasikan kekayaan budaya lokal. Organisasi ini menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, termasuk pelestarian pengetahuan herbal suku Kerinci yang kaya akan tanaman obat.
Fakta Menarik:
Artikel Terkait
PAFI Sumbawa Barat Edukasi Masyarakat tentang Bahaya Rokok
PAFI Badung, Sosialisasikan Sistem Kesehatan dengan SIHEPI
Musim Hujan Bikin Sakit? PAFI Empat Lawang Bagi Tips Jitu Jaga Kesehatan
Profil PAFI Gorontalo Utara, Peran Kritis dalam Kesehatan dan Pencegahan Resistensi Antibiotik
Profil PAFI Kabupaten Halmahera Utara, Mengedukasi Masyarakat tentang Kesehatan dan Imunisasi
PAFI Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kiat Sehat di Musim Hujan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
PAFI Kabupaten Humbang Hasundutan, Dampak Kecanduan Gadget pada Anak dan Solusinya
PAFI Hulu Sungai Utara Gelar Penyuluhan Pentingnya Membaca Label Obat untuk Kesehatan
PAFI Kabupaten Kepahiang Dukung Inovasi Farmasi dengan Teknologi
PAFI Kabupaten Kepulauan Mentawai, Tips Atasi Biduran dan Dedikasi untuk Kesehatan Masyarakat