Tahun 1787 berdiri Pesantren Siwalanpanji, inilah kenapa Peringatan 1 Abad NU harus di Sidoarjo!

PURWAKARTA ONLINE - Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya, pendirinya yaitu KH Hasyim Asy'ari berasal Jombang, tapi kanapa peringatan 1 Abad NU harus di Sidoarjo?

Wasekjen PBNU Rahmat Hidayat Pulungan menjelaskan alasan kenapa puncak acara 1 Abad NU di laksanakan di Sidoarjo adalah untuk meraup berkah dari para ulama.

Konon, di Sidoarjolah KH Hasyim Asy'ari dahulu menuntut ilmu. Sehingga Sidoarjo memiliki tampat tersendiri dari munculnya pergerakan Nahdlatul Ulama (NU).

Baca Juga: Addie MS mengaransemen lagu Mars Syubanul Wathon, dinyanyikan pada puncak peringatan 1 Abad NU di Sidoarjo!

Selain Kiai Hasyim Asy'ari, bahkan disebutkan jika gurunya Kyai Hasyim Asy'ari yang bernama Syaikh Muhammad Kholil Bangkalan juga pernah belajar di Sidoarjo.

Guru dan murid yang memiliki peran sentral dalam berdirinya NU ini pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Desa Siwalan Panji, Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Pondok Pesantren Siwalanpanji ini menjadi salah satu peantren tertua di Jwa Timur, berdiri pada 1787 dan berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa.

Baca Juga: Nahdliyyin berebut Selfi saat AHY hadir pada perayaan Harlah dan 1 Abad NU di Sidoarjo!

Oleh karena itu tidak mengherankan jika puncak peringatan 1 Abad NU dikonsentrasikan di Sidoarjo, yaitu untuk 'ngalap' berkah para ulama penyebar Islam generasi terdahulu.

"Dengan penyelenggaraan di Sidoarjo kita ingin meraup berkah dari para pendiri NU dan guru-guru dari beliau semua," kata Rahmat dilansir laman resmi NU Online.

Selain itu di Pondok Pesantren Siwalanpanji juga menjadi tempat rembug dalam rangka persiapan pertempuran yang akhirnya kita kenal sebagai Pertempuran 10 November.

Baca Juga: Xavi pusing hadapi laga Villarreal vs Barcelona, setelah Busquets jadi tumbal kemenangan atas Sevilla!

Pertempuran 10 November ini juga merupakan perang pertama pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Saat itu pasukan sekutu ditunggangi Belanda berusaha merebut kembali jajahannya, Hindia Belanda.