PURWAKARTA ONLINE - Di tengah hiruk pikuk Purwakarta, terselip sebuah kata yang mungkin asing di telinga pendatang, namun begitu akrab di lidah sebagian warganya: "Ngoet".
Hal ini lebih dari sekadar penanda perut keroncongan, "Ngoet" menyimpan kekayaan budaya dan cara berkomunikasi unik yang patut untuk dikulik lebih dalam.
Bagi sebagian masyarakat Purwakarta, terutama di kalangan tertentu, "Ngoet" bukanlah sekadar sinonim dari lapar.
Kata ini memiliki akar yang menarik, terhubung erat dengan alam dan perilaku hewan.
Baca Juga: Viralnya Video Vania SMP Ngawi: Pentingnya Literasi Digital bagi Remaja dan Orang Tua
Konon, "Ngoet" berakar dari kata bahasa Sunda "mencakar". Asosiasi ini muncul dari gambaran hewan yang mencakar-cakar ketika merasa lapar, sebuah tindakan naluriah untuk mencari makan.
Analogi yang kuat ini kemudian melekat pada sensasi lapar pada manusia. Rasa perih dan keinginan kuat untuk segera mengisi perut diibaratkan dengan cakaran hewan yang tajam dan mendesak.
Uniknya, penggunaan kata "Ngoet" tidak hanya berhenti pada deskripsi rasa lapar semata. Lebih jauh dari itu, "Ngoet" bertransformasi menjadi sebuah kode tersendiri dalam interaksi sosial.
Ketika seseorang mengucapkan "Ngoet", seringkali ini bukan hanya sekadar pemberitahuan bahwa perutnya kosong. Lebih dari itu, "Ngoet" bisa menjadi sebuah ajakan halus untuk makan bersama.
Baca Juga: 4 Santri Gontor Magelang Meninggal Dunia Akibat Tandon Air Roboh, Pernyataan Resmi dari Pondok
Bayangkan, di tengah obrolan santai, seseorang berujar, "Euy, geus ngoet yeuh." (Wah, sudah ngoet nih).
Kalimat ini bisa diartikan sebagai, "Saya lapar," namun dalam konteks pergaulan akrab, seringkali mengandung implikasi, "Yuk, kita cari makan." Atau bahkan, "Saya ingin ditawari makan."
Fenomena ini tentu menarik. Sebuah kata yang lahir dari pengamatan perilaku hewan, kemudian berevolusi menjadi penanda kondisi fisik sekaligus alat komunikasi implisit.
"Ngoet" menjadi semacam "kode rahasia" yang hanya dipahami oleh sebagian kecil masyarakat Purwakarta, menciptakan kedekatan dan keakraban di antara penggunanya.
Artikel Terkait
Cara Beli dan Tukar Tiket PERSIB vs PSS Sleman 26 April 2025
Akademi Persib U-15 Juara 2 Barati Cup, Kalah dari Rayo Vallecano
Kabar Untuk Bobotoh Purwakarta! PERSIB Siap Ladeni PSS, Hodak Mengatakan? Mereka Akan Berjuang untuk Hidup
BRI Pacu Ekspor UMKM Herbal Kamandalu Ashitaba ke Pasar Global
4 Santri Gontor Magelang Meninggal Dunia Akibat Tembok Kolam Ambrol
Penyebab Meninggalnya 4 Santri Gontor Magelang di Darul Qoyim
Kronologi Santri Gontor Magelang Meninggal Dunia Akibat Tembok Ambrol
Identitas 4 Santri Gontor Magelang Meninggal Dunia Akibat Tembok Kolam Ambrol
5 Makanan Khas Purwakarta yang Wajib Anda Cicipi Saat Berada disini! Indahnya Taman Sribaduga Purwakarta
Marc Klok Pastikan PERSIB All Out Hadapi PSS Sleman di Pekan ke-30 Liga 1 2024/25