Pagi yang Damai, Hati yang Bising Inilah Sebuah Perjalanan Menuju Kesadaran Hakiki

photo author
- Selasa, 5 Agustus 2025 | 11:13 WIB
Sebuah pagi yang damai membuka kesadaran tentang hakikat manusia, penyakit hati, dan kebenaran yang sering disalahartikan. (Foto: Instagram @raksasah)
Sebuah pagi yang damai membuka kesadaran tentang hakikat manusia, penyakit hati, dan kebenaran yang sering disalahartikan. (Foto: Instagram @raksasah)

Ditulis Oleh Dadan Hamdani Seorang Mahasiswa di STAI AL-BADAR CIPULUS Purwakarta

PURWAKARTA ONLINE - Selsa pagi, 5 Agustus 2025 Matahari belum sepenuhnya terbit, tapi cahaya lembutnya mulai membias di langit timur.

Udara sejuk menyapa kulit, membawa serta aroma embun yang menenangkan. Seisi kampung masih sunyi, hanya suara burung dan bisikan angin yang jadi teman.

Aku baru saja menyelesaikan salat Subuh ketika aku memutuskan untuk menyapu halaman rumah.

Dedaunan kering berguguran seperti waktu yang terus berjalan, tak bisa dihentikan. Angin pagi berhembus pelan, seolah ingin membisikkan sesuatu yang tak kasat mata—sebuah pesan alam yang sederhana tapi dalam: "Dunia bisa damai, jika manusia tak sibuk merusaknya."

 

Saat sapu lidi menyapu pelataran, pikiranku ikut tersapu pada renungan yang tak biasa. Betapa indahnya jika suasana pagi ini bisa menetap selamanya.

Tidak ada keributan, tidak ada kebencian, tak ada kesombongan—hanya damai. Namun, aku sadar, pagi akan selalu digantikan oleh siang.

Saat mentari menguat, manusia pun mulai kembali pada perannya sebagai insan kamil mukamil—manusia yang sempurna menurut fitrahnya.

Tapi, benarkah kita sudah menjadi insan yang sempurna?
Apa sebenarnya ukuran kesempurnaan manusia?

 

Angin yang tadinya menyejukkan kini mulai mengusik: "Sempurna bukan berarti tanpa cela, tapi mampu menjaga dan menjalankan perintah Tuhan dalam setiap langkahnya."

Sayangnya, banyak dari kita justru hidup seperti bayangan: datang dan pergi tanpa makna, tanpa permisi. Hidup seolah hanya soal lahir lalu mati, tidak lebih dari itu.

Ironisnya, Tuhan tak pernah meminta apa pun dari makhluk-Nya. Tapi manusia, makhluk yang katanya paling mulia itu, selalu menuntut, mengeluh, dan menyalahkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Manfaat POA

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 15:34 WIB

10 Tips Memulai Bisnis yang Sukses

Selasa, 7 Oktober 2025 | 22:57 WIB

Persiapan TC Taekwondo di MA YPPA Cipulus

Selasa, 7 Oktober 2025 | 21:27 WIB

Makesta IPNU IPPNU Kecamatan Wanayasa 2025

Sabtu, 4 Oktober 2025 | 14:20 WIB
X