China Gagal Lawan Kekuatan Jepang di Piala Asia Timur (EAFF) 2025? Begini Respon Pelatih

Tapi pada laga menghadapi Jepang, komposisi baru itu belum cukup matang untuk bersaing.

Moriyasu menyoroti daya juang timnya, serta efektivitas saat transisi bertahan menjadi serangan.

Sementara Djurdjevic memilih realistis: turnamen ini sebagai eksperimen demi masa depan.

Media sosial turut ramai: akun resmi EAFF menyoroti momen intens antara pelatih Jepang dan Korea, memperlihatkan atmosfer kompetitif dan menunjukkan Jepang siap menghadapi ujian besar selanjutnya.

Baca Juga: Viral Video 3 Menit 21 Detik: Andini Permata Nyata atau Umpan Jahat untuk Pencurian Data?

China berada di ujung tombak tawaran regenerasi meski hasil belum kunjung tiba, fondasi sudah mulai dibangun.

Fokus mereka sekarang: tim pengganti usia muda dengan dukungan pelatih yang akrab.

Jepang? Seri vs Korea Selatan di matchday terakhir jadi penentu gelar, dengan semua momentum kini berada di tangan Samurai Biru.

China? Mulai transisi, tekanan regenerasi, dan perbedaan kualitas strategi.

Baca Juga: Piala Asia Timur 2025: Jepang Tak Terkalahkan Lawan China Simak Fakta dan Analisisnya!

Jepang menggunakan kombinasi pemimpin senior, pelatih disiplin, dan kedalaman skuad.

Realistis tapi penuh visi: satu fokus ke masa depan (“preparing for next World Cup”), yang lain fokus ke hasil instan.

Harapan China mengincar tim nasional yang lebih kuat dan matang secara jangka panjang; Jepang siap penuhi target gelar EAFF 2025.***