27 Tahun Salah Denger! Lagu ‘Hey Bung’ Slank Ternyata Bukan dari Album Mata Hati Reformasi

photo author
- Kamis, 6 November 2025 | 11:53 WIB
Sampul album Slank "Mata Hati Reformasi" yang dirilis tahun 1998. (Dok. Slank.com)
Sampul album Slank "Mata Hati Reformasi" yang dirilis tahun 1998. (Dok. Slank.com)

Tapi ternyata, setelah saya baca-baca lagi, “Hey Bung” justru dirilis di album Generasi Biru tahun 1994, empat tahun sebelum reformasi terjadi.

Baca Juga: Slank Bakal Tutup Gesrek Festival 2025 di Ancol, Siap Guncang Lintas Generasi!

Generasi Biru: Jantungnya Slank Era 90-an

Album Generasi Biru bisa dibilang salah satu album paling monumental dalam sejarah Slank.

Dirilis di bawah label Bozz Record, album ini memuat semangat kebebasan dan kritik sosial yang tajam tapi tetap dengan gaya khas Slank: santai, jujur, dan apa adanya.

Selain “Hey Bung”, album ini juga berisi lagu-lagu legendaris lain seperti “Balikin”, “Kamu Harus Pulang”, dan “Terbunuh Sepi”.

Lagu-lagu ini menggambarkan masa keemasan Slank formasi klasik saat era Bimbim, Kaka, Ivanka, Indra Q, dan Pay, saat mereka benar-benar jadi suara anak muda yang kritis tapi tetap penuh cinta.

Baca Juga: Slank Umumkan Tour 2025 “Hey… Slank x HS Berani Kita Beda”, Siap Guncang 10 Kota Besar!

Salah yang Menyenangkan

Kalau dipikir-pikir, kesalahan saya ini lucu juga. Tapi justru dari sini saya belajar, lagu Slank bisa melampaui waktu dan konteks.

“Hey Bung” memang dirilis sebelum reformasi, tapi semangatnya pas banget dengan gejolak sosial yang datang beberapa tahun kemudian.

Itulah hebatnya karya Slank selalu relevan, bahkan puluhan tahun setelah dirilis. Lirik-liriknya bukan cuma soal cinta atau pesta, tapi juga tentang nurani, keberanian, dan kemanusiaan.

Slank, Musik, dan Memori Kolektif

Bagi banyak orang seperti saya, lagu-lagu Slank bukan sekadar hiburan. Ia adalah pengingat masa muda, semangat melawan ketidakadilan, dan kadang juga kenangan kecil yang tak tergantikan.

“Hey Bung” adalah contoh nyata bagaimana musik bisa jadi refleksi zaman. Dan meski saya sempat salah selama 27 tahun, rasanya tetap menyenangkan menemukan kebenarannya sekarang karena di setiap nada dan lirik Slank, ada sejarah kecil yang hidup kembali.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X