PURWAKARTA ONLINE - Kisah korban pinjol di Indonesia. Pria 30 tahun utang Rp300 juta demi gengsi. Tak cuma keluarga, perusahaan pun rugi miliaran gara-gara ulahnya.
Fenomena pinjaman online (pinjol) kembali menelan korban. Seorang pria 30 tahun terjerat utang hingga Rp300 juta dari 21 aplikasi pinjol hanya demi memenuhi gaya hidup konsumtif: ganti motor baru, beli iPhone, jalan-jalan, hingga membiayai mertua liburan.
Padahal, awalnya ia hanya berutang Rp16 juta. Namun, bunga mencekik hingga 40% per bulan membuatnya terus gali lubang tutup lubang.
“Kalau lu enggak makan tiga hari, lu bisa mati. Tapi kalau lu enggak ganti Xiaomi jadi iPhone, mati enggak? Enggak kan? Itu namanya keinginan, bukan kebutuhan!” kata seorang rekan yang kesal mendengar curhat si korban.
Baca Juga: Wabup Abang Ijo Sediakan Fasilitas Gratis Belajar Pertanian untuk Pemuda Purwakarta
Budaya Konsumtif dan Lemahnya Literasi Keuangan
Kasus ini menunjukkan rendahnya literasi finansial di Indonesia.
Banyak orang tidak bisa membedakan kebutuhan (seperti makan, tempat tinggal, pendidikan) dengan keinginan (gadget baru, gengsi sosial).
Alih-alih menabung atau mengatur keuangan, korban memilih jalan pintas: pinjol. Lebih parah, ia menganggap uang pinjol seperti “uang turun dari langit” tanpa kewajiban mengembalikan.
Padahal, yang datang justru debt collector yang mengejar sampai ke rumah, kantor, bahkan mertua.
Dampak ke Keluarga dan Perusahaan
Korban pinjol bukan hanya dirinya sendiri. Istri yang baru 28 tahun dan anak balita ikut menanggung beban psikologis akibat ulah sang ayah.
Namun, dampaknya lebih luas lagi. Perusahaan tempat ia bekerja di Semarang ikut kena getah.