PURWAKARTA ONLINE - Gelombang Investor China pindah ke Indonesia demi hindari tarif AS. Harga lahan industri melonjak 25%, investasi naik Rp132 triliun di semester I 2025.
Dari pagi hingga malam, meja rapat di kantor PT Yard Zeal Indonesia tak pernah sepi.
Telepon berdering, notifikasi WeChat masuk tiada henti, dan surel berdatangan dari alamat perusahaan-perusahaan asal Negeri Tirai Bambu. Semuanya punya satu tujuan: membawa bisnis mereka ke Indonesia.
“Kami cukup sibuk akhir-akhir ini. Kami rapat dari pagi sampai malam,” kata Gao Xiaoyu, pendiri perusahaan konsultan lahan industri itu.
Hanya dalam empat tahun, bisnisnya melesat dari tim beranggotakan empat orang menjadi lebih dari 40 staf.
Baca Juga: Ade Mulyana, Penerus Ibunya Jadi Pembantu, Ternyata Dalang Modus Pembunuhan Dea di Purwakarta
Tarif AS Jadi Pemicu Gelombang Baru
Latar belakangnya sederhana tapi berdampak besar: tarif impor tinggi Amerika Serikat untuk produk asal China.
Barang dari Indonesia dikenakan tarif 19%, setara dengan Malaysia, Filipina, dan Thailand, dan hanya sedikit di bawah Vietnam yang 20%.
Sementara itu, produk langsung dari China dihantam tarif di atas 30%.
Bagi pengusaha China, pindah atau membuka cabang di Indonesia berarti memotong beban tarif sekaligus mendapatkan pijakan di pasar yang sedang tumbuh.
“Jika kamu bisa membangun bisnis yang kuat di Indonesia, pada dasarnya kamu telah menguasai separuh pasar Asia Tenggara,” ujar Zhang Chao, produsen lampu depan sepeda motor asal China yang kini beroperasi di Indonesia.
Baca Juga: Hari Ini Presiden Prabowo Akan Sampaikan Dua Pidato Penting di MPR dan DPR, 15 Agustus 2025
Pasar Domestik dan Ekonomi yang Menggoda