Prabowo Subianto Beberkan Efisiensi BUMN Jadi Kunci, Komisaris Dipangkas, Danantara Diberi Mandat

photo author
- Minggu, 17 Agustus 2025 | 19:05 WIB
Presiden Prabowo saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Jumat, 15 Agustus 2025. ((Instagram/presidenrepublikindonesia))
Presiden Prabowo saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Jumat, 15 Agustus 2025. ((Instagram/presidenrepublikindonesia))

PURWAKARTA ONLINE - Analisis pidato Prabowo soal BUMN: aset besar tapi kontribusi minim. Pemangkasan komisaris, peran Danantara, hingga arah baru efisiensi BUMN.

Pidato kenegaraan perdana Presiden Prabowo Subianto pada Jumat (15/8/2025) menyedot perhatian, khususnya saat menyinggung pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dengan nada tegas, Prabowo menyebut aset BUMN yang mencapai lebih dari 1.000 triliun USD “tidak masuk akal” bila tak mampu memberi kontribusi signifikan pada keuangan negara.

Dari sisi analisis, ucapan Prabowo menyoroti paradoks klasik BUMN: mengelola aset raksasa, tapi kontribusi ke APBN masih minim.

Baca Juga: Viral Sekejap! Misteri Link Video Amalia Mutya yang Bikin Warganet Ramai Memburu

Prabowo menegaskan, dengan return on asset (ROA) konservatif 5 persen saja, BUMN seharusnya bisa menyumbang minimal 50 miliar USD per tahun.

Jumlah itu cukup untuk menutup defisit APBN.

Kondisi ini menguatkan persepsi publik bahwa BUMN masih dibebani struktur gemuk, birokratis, dan tidak fokus pada profitabilitas.

Pemangkasan komisaris

Prabowo juga mengumumkan langkah berani: memangkas jumlah komisaris hingga separuh.

“Saya potong setengah komisaris, paling banyak enam orang, kalau bisa cukup empat atau lima, dan saya hilangkan tantiem,” tegasnya.

Baca Juga: Viral! Amalia Mutya Buka Suara Soal Video Pribadi, Mantan Kekasih Jadi Tersangka?

Kebijakan ini bisa dibaca sebagai upaya mengurangi beban biaya dan praktek patronase politik yang selama ini membayangi BUMN.

Namun, di sisi lain, analis menilai kebijakan ini berpotensi memicu resistensi, terutama dari pihak-pihak yang selama ini menggantungkan pengaruh politik pada posisi komisaris.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X