PurwakartaOnline.com - Dalam dunia bisnis global, satu nama yang tak terbantahkan merajai jagad minuman energi adalah Red Bull. Didirikan pada tahun 1984 oleh Dietrich Mateschitz bersama pengusaha Thailand, Chaleo Yoovidhya, perusahaan ini tidak hanya menciptakan minuman berkafein terkenal, tetapi juga merajut kisah kesuksesan yang melibatkan dua keluarga yang memiliki dampak besar di dunia bisnis.
Dietrich Mateschitz, seorang visioner yang menjelajahi Asia, menemukan keajaiban kafein dalam meredakan jet lag. Pengalaman ini menjadi cikal bakal terciptanya Red Bull. Sementara keluarga Yoovidhya, dengan bijak mengendalikan sisa bisnis Red Bull, meraih puncak kekayaan di Asia.
Namun, sosok yang sekarang menjadi sorotan adalah Mark Mateschitz, putra tunggal Dietrich. Mark, yang menempuh pendidikan bisnis di University of Applied Sciences Salzburg, sudah terlibat dalam bisnis ayahnya sejak remaja, mendampingi di ajang balapan Formula One.
Kini, setelah wafatnya Dietrich Mateschitz bulan lalu, Mark Mateschitz menjadi pewaris 49 persen saham Red Bull. Dalam laporan terbaru dari Bloomberg Billionaires Index, Mark Mateschitz, yang baru berusia 30 tahun, mencatat kekayaan senilai USD 15,7 miliar atau sekitar Rp 243,3 triliun.
Transfer kekayaan ini menandai era baru bagi Red Bull. Dietrich Mateschitz, selama empat dekade terakhir, berhasil memanfaatkan popularitas merek untuk membangun kerajaan pemasaran olahraga, dari sepak bola hingga ajang balap mobil.
Namun, Mark memiliki rencana berbeda. Meskipun menjadi pewaris saham yang signifikan, dia berencana untuk fokus pada perannya sebagai pemegang saham, tidak terlibat dalam operasional sehari-hari perusahaan seperti ayahnya. Sebuah keputusan yang menandai perubahan besar dalam kepemimpinan Red Bull.
Baca Juga: Jafar Rohadi alias Guru Gembul, Menjadi Sorotan dalam Talk Show Nasional Universitas Muria Kudus
Tiga eksekutif kunci di Red Bull, yang telah lama bekerja selama era Dietrich Mateschitz, telah mengundurkan diri sebagai bagian dari perombakan manajemen. Mereka akan tetap berkontribusi sebagai konsultan, membantu Mark Mateschitz menjalankan warisan ayahnya.
Dengan Red Bull sebagai basisnya, Mark Mateschitz juga menemukan tempatnya sebagai orang terkaya di Austria. Dengan tegas, ia menyatakan komitmennya untuk melanjutkan jejak ayahnya dan memastikan kesuksesan berlanjut.
"Kami tidak hanya akan mendukung dewan direksi, tetapi kita semua, dalam keberhasilan melanjutkan pekerjaan ayah saya, seperti yang dia inginkan," ungkap Mark Mateschitz.
Sebagai salah satu miliader milenial terkaya di Eropa, Mark Mateschitz mewakili generasi penerus yang siap membawa Red Bull ke dimensi baru. Dengan fokus pada kepemilikan dan warisan, dia menjadi pemimpin yang membawa nama keluarga Mateschitz ke puncak kejayaan dalam dunia bisnis global.***
Artikel Terkait
PBNU Berangkatkan Pemuda Indonesia ke Jepang: Program "1 RT 1 Pemuda Unggul Berangkat Ke Jepang"
SMK Ansoruna Hade Rancage Purwakarta Mengadakan Kunjungan Industri ke PT East West
Pertamina dan Penegak Hukum Berantas Penyalahgunaan BBM Bersubsidi di Jatimbalinus
Mendukung Kemandirian Ekonomi Pesantren di Purwakarta: Seminar Pesantren Entrepreneur
KH Ahmad Anwar Nasihin Menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Pesantren Entrepreneur Kabupaten Purwakarta
KH Ahmad Anwar Nasihin: Nabi, Ulama, dan Kyai Kita Memberi Contoh Kemandirian Ekonomi
KH Ahmad Anwar Nasihin: Tidak Bisa Hanya Mengharapkan Hibah agar Pesantren Maju
Le Minerale Menepis Hoaks Terkait Keterkaitan dengan Israel dan Mempertegas Identitas sebagai Produk Lokal Terbaik
BRI Dukung Penuh Piala Dunia U17 2023: Penawaran Menarik untuk Pecinta Sepak Bola Indonesia
The Gade Creative Lounge: Menyemai Kreativitas dan Kemandirian Melalui Kolaborasi PT Pegadaian dan Universitas Mulawarman