Purwakarta Online - Di wisata alam Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan terdapat penjual merchandise atau oleh-oleh yang sangat unik, yaitu kupu-kupu dari beragam jenis yang diawetkan.
Warna-warni kupu-kupu, entah jenisnya apa saja sangat menarik perhatian Penulis. Hampir saja penulis merogoh saku untuk membeli kupu-kupu yang dijajakan dalam bingkai-bingkai kaca.
Namun ada sedikit pertimbangan dalam hati penulis waktu itu, sehingga mengurungkan niat untuk membeli kupu-kupu yang telah diawetkan tersebut.
Penulis berpikir, kupu-kupu adalah makhluk hidup yang tidak layak 'bernasib' seperti itu. Dia ditangkarkan untuk terbunuh dengan cara diawetkan, lalu dijajakan dijual sebagai oleh-oleh.
Penulis masih memaklumi pengawetan kupu-kupu untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian dan museum. Dengan tujuan besar dan manfaat penting dalam kehidupan di muka bumi. Jika untuk tujuan komersial, penulis rasa tidak setuju.
Baca Juga: Inilah foto wajah suami Jang Nara, padahal pernikahan sangat tertutup!
Tetapi penulis tidak bermaksud untuk melontarkan kritik terhadap praktik pengawetan dan komersialisasi kupu-kupu yang ada di Bantimurung sana. Tetapi penulis hanya tidak setuju untuk lingkup pribadi saja.
Faktanya pengawetan beragam jenis kupu-kupu disana tidak merusak ekosistem. Penduduk di sana melakukan budidaya atau penangkaran kupu-kupu, lalu menjualnya dengan cara menjadikannya produk oleh-oleh khas Bantimurung.
Konon produk kupu-kupu Bantimurung sudah sangat terkenal bahkan sampai keluar pulau Sulawesi. Di Pulau Papua pun, produk kupu-kupu Bantimurung sudah sangat dikenal.
Berdasarkan cerita guide di Taman Nasional Bantimurung, setidaknya ada 243 jenis kupu-kupu yang dilindungi. Populasi kupu-kupu di wisata Bantimurung memang sangat beragam.
Saat penulis naik ke arah hulu aliran sungai di Wisata Bantimurung, di atas sungai penulis menyaksikan banyak sekali kupu-kupu liar beterbangan, sangat indah dengan warna-warninya.
Baca Juga: Lukisan purba 40.000 tahun di Gua Maros, jadi saksi tingginya Peradaban Purba Nusantara!
Artikel Terkait
Kenapa banyak patung tanpa kepala di Candi Borobudur
P3MD Purwakarta gelar Rakor di Wisata Ujung Aspal
Setiap bulan Pendamping Desa gelar Rakor sekaligus Promosi Wisata Desa
Purwakarta kirim 14 Petani ke Pra Penas KTNA 2022 di Maros Sulawesi Selatan
Mangga Gedong Gincu jadi buah kanineung peserta Pra Penas se-Indonesia
Jelajah Pra Penas KTNA 2022 di Maros Sulawesi Selatan
Ketua KTNA Purwakarta: Mentan RI akan tinjau Green House di Purwakarta
Mentan RI Akan Tinjau Green House di Purwakarta, Ketua KTNA dan Kadis Pertanian Purwakarta Bertemu di Makassar
Sop Konro khas Sulawesi Selatan, bikin Pra Penas KTNA 2022 jadi berkesan!
Lukisan purba 40.000 tahun di Gua Maros, jadi saksi tingginya Peradaban Purba Nusantara!