Menurut warga, buaya-buaya ini disebut Si Putih, Si Hitam, dan Si Buntung makhluk gaib yang dipercaya sebagai penunggu dan penguasa air Cirata.
Konon, ketiganya menjaga keseimbangan alam waduk dan sesekali “meminta tumbal” dalam bentuk korban jiwa manusia.
“Katanya ada tiga buaya siluman yang jaga di waduk ini,” ujar seorang nelayan di Jangari. “Saya belum pernah lihat langsung, tapi kalau orang-orang tua bilang, buaya itu muncul kalau ada yang melanggar pantangan.” ujarnya.
Baca Juga: Geger Trans7 Hina Kiai Lirboyo! Dari Tayangan Kontroversial sampai Ancaman Jalur Hukum PBNU
Abah Bobon, Kuncen Waduk yang Bisa "Berbicara" dengan Penunggu
Warga sekitar mengenal seorang tokoh sepuh bernama Abah Bobon, yang disebut-sebut memiliki kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan penunggu waduk.
Ketika ada orang yang tenggelam dan jasadnya belum ditemukan, warga biasanya meminta bantuan beliau.
Menurut Dadi, anak Abah Bobon, ayahnya akan melakukan tawasul dan doa khusus di tepi waduk.
“Biasanya Bapak berdoa dan menyampaikan salam ke penjaga waduk. Kalau waktunya sudah ‘dikasih’, jasad korban bisa muncul ke permukaan,” ujarnya.
Meskipun terdengar mistis, cara ini dipercaya warga karena sudah beberapa kali berhasil membantu menemukan korban tenggelam.
Baca Juga: Berani Uji Nyali Disini? 10 Tempat Angker di Indonesia: Dari Lawang Sewu Hingga Rumah Hantu Darmo
Fenomena Aneh di Malam Bulan Purnama
Selain cerita buaya gaib, warga juga sering melaporkan perubahan air waduk yang tiba-tiba naik atau surut drastis, terutama saat bulan purnama.
Beberapa orang mengaku melihat bayangan ular besar muncul dari dalam air, sementara yang lain mendengar suara gemuruh tanpa sumber jelas di malam hari.
“Kalau malam purnama, airnya suka beda. Kadang surut, kadang naik sendiri,” kata seorang warga setempat.