PURWAKARTA ONLINE - Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur, tidak hanya dikenal sebagai politikus dan aktivis, tetapi juga sebagai wartawan yang berprestasi.
Selepas menyelesaikan studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Trisakti, Yenny memilih untuk menekuni profesi jurnalis.
Pilihannya ini membawanya ke wilayah-wilayah konflik, termasuk Timor Timur, di mana ia meliput situasi pasca-referendum dengan penuh risiko.
Baca Juga: Geely EX5 Tembus 1.000 Pesanan, Siap Bangun Pabrik Mobil Listrik di Purwakarta
Sebagai koresponden untuk The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne), Yenny melaporkan situasi di Timor Timur dengan keberanian dan ketelitian.
Meski banyak wartawan lain memilih mundur karena kondisi yang tidak aman, Yenny tetap bertahan.
Dedikasinya ini tidak sia-sia. Liputannya yang mendalam dan berani berhasil meraih penghargaan bergengsi Walkley Award, sebuah penghargaan jurnalistik tertinggi di Australia.
Baca Juga: Karcis Parkir Fotokopian di Waduk Cirata Bikin Kesal Pengunjung, Pungli Purwakarta Kian Merajalela
Penghargaan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Yenny, tetapi juga bagi dunia jurnalistik Indonesia.
Ia membuktikan bahwa wartawan Indonesia mampu bersaing di kancah internasional, bahkan dalam situasi yang paling menantang sekalipun.
Meski karir jurnalistiknya relatif singkat, prestasi Yenny sebagai wartawan tetap dikenang.
Ia menjadi inspirasi bagi banyak jurnalis muda yang ingin berkarya dengan integritas dan keberanian.
Baca Juga: Keputusan Berani Bojan Hodak, Persib Malah Kebobolan Tiga Gol
Kisahnya juga menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan tidak membatasi seseorang untuk sukses di bidang yang berbeda, asalkan ada tekad dan dedikasi yang kuat.***