Kembali ke Alam: Mengapa Pertanian dan Peternakan Harus Terintegrasi Kembali

photo author
- Jumat, 6 Juni 2025 | 22:47 WIB
Petani
Petani

Purwakarta Online - Pada masa lalu, sistem produksi pangan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, menerapkan integrasi antara pertanian dan peternakan. Dalam model ini, limbah dari satu sektor dimanfaatkan oleh sektor lainnya secara efisien: kotoran ternak menjadi pupuk, limbah tanaman menjadi pakan, dan air limbah digunakan untuk irigasi atau budidaya ikan. Sistem ini membentuk siklus nutrien yang tertutup dan berkelanjutan. Namun, sejak era industrialisasi, pertanian dan peternakan dipisahkan secara struktural. Artikel ini membahas mengapa pemisahan tersebut terjadi, dampaknya terhadap lingkungan dan keberlanjutan, serta mengapa integrasi keduanya perlu dikembalikan dalam konteks pertanian berkelanjutan.

Pemisahan akibat Industrialisasi

Salah satu faktor utama pemisahan antara pertanian dan peternakan adalah industrialisasi. Dalam prinsip industri, efisiensi dicapai melalui spesialisasi dan produksi massal. Prinsip ini diadopsi ke sektor pertanian: petani hanya menanam satu jenis tanaman (monokultur), dan peternak hanya memelihara satu jenis ternak dalam jumlah besar. Hal ini dianggap menguntungkan secara ekonomi karena meningkatkan produktivitas dan efisiensi tenaga kerja.

Mekanisasi dan kemajuan teknologi turut mempercepat pemisahan ini. Traktor, mesin tanam, kandang modern, dan sistem pemberian pakan otomatis memungkinkan produksi dalam skala besar tanpa perlu ketergantungan pada siklus alami. Pupuk kimia menggantikan pupuk kandang, sedangkan pakan pabrikan menggantikan limbah tanaman. Revolusi Hijau juga berperan besar dalam transisi ini, dengan mempromosikan penggunaan varietas unggul, pupuk anorganik, dan pestisida untuk meningkatkan hasil panen secara cepat dan signifikan.

Di sisi lain, integrasi sistem produksi pangan ke dalam rantai pasok global juga menyebabkan fragmentasi antara pertanian dan peternakan. Standarisasi kualitas dan kuantitas produk untuk memenuhi permintaan pasar membuat sistem produksi harus terkontrol dan seragam, sehingga integrasi lokal yang bersifat variatif dianggap kurang efisien. Kebijakan pemerintah dan regulasi yang terfokus pada subsektor juga memperparah pemisahan ini, misalnya dengan menyediakan subsidi hanya untuk pakan atau pupuk kimia.

Konsekuensi Pemisahan

Pemisahan antara pertanian dan peternakan membawa dampak serius terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Di satu sisi, peternakan intensif menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang tidak termanfaatkan sebagai pupuk. Di sisi lain, lahan pertanian kehilangan sumber pupuk organik yang penting bagi kesuburan tanah. Akibatnya, petani bergantung pada pupuk kimia, yang dalam jangka panjang menyebabkan degradasi tanah dan pencemaran air.

Selain itu, ketergantungan pada input eksternal seperti pakan dan pupuk meningkatkan biaya produksi dan ketidakstabilan harga. Pemisahan ini juga melemahkan ketahanan pangan lokal karena ekosistem produksi tidak lagi saling menopang secara alami.

Kembali ke Pertanian Terpadu

Kesadaran akan dampak negatif dari sistem pertanian industri telah mendorong munculnya kembali konsep pertanian terpadu (integrated farming system). Konsep ini sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) yang menekankan efisiensi sumber daya, pengurangan limbah, dan pemulihan siklus nutrisi alami. Sistem ini mencakup integrasi antara tanaman, ternak, perikanan, dan bahkan kehutanan dalam satu lahan atau kawasan yang saling mendukung.

Model seperti ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga meningkatkan ketahanan ekonomi petani melalui diversifikasi sumber pendapatan. Selain itu, pendekatan ini relevan dengan tren global seperti agroekologi, circular agriculture, regenerative farming, dan zero-waste agriculture, yang semuanya bertujuan mengembalikan harmoni antara manusia dan alam dalam produksi pangan.

Kesimpulan

Pemisahan antara pertanian dan peternakan adalah hasil dari proses industrialisasi dan modernisasi sistem pangan global. Meskipun memberikan efisiensi jangka pendek, sistem ini menciptakan masalah lingkungan dan ketergantungan yang berbahaya dalam jangka panjang. Kini, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, integrasi kembali antara pertanian dan peternakan menjadi pilihan strategis. Ini bukan sekadar langkah mundur ke masa lalu, tetapi justru lompatan ke masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.***

Referensi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ichwansyah Wiradimadja

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X