Rekor, Neraca Perdagangan Indonesia Catat Surplus pada bulan April 2022!

photo author
- Sabtu, 21 Mei 2022 | 23:47 WIB
Pekerja melakukan proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/4/2022) ( Antara Foto/ Rivan Awal Lingga)
Pekerja melakukan proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/4/2022) ( Antara Foto/ Rivan Awal Lingga)

Baca Juga: 102 Daftar Pinjaman Online Fintech berizin resmi OJK 2022

Di dalam negeri, demikian Margo, pada April ada Ramadan dan persiapan lebaran yang mendorong konsumsi masyarakat. Ini bisa berdampak kepada peningkatan impor barang. Ada pula kebijakan larangan ekspor sawit per 28 April, ini diberlakukan sampai harga minyak goreng bisa lebih terjangkau.

Merespons laporan kinerja neraca perdagangan itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, pencapaian itu merupakan salah satu indikator perekonomian yang memiliki performa positif. Menurutnya, neraca perdagangan yang kembali melajutkan trend surplus pada April 2022 dengan nilai mencapai USD7,56 miliar.

Angka tersebut merupakan rekor tertinggi yang berhasil melampaui Oktober 2021 dengan nilai sebesar USD5,74 miliar. Pencapaian tersebut kian membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih tangguh mengingat neraca perdagangan merupakan salah satu indikator utama dalam meningkatkan cadangan devisa dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia.

Baca Juga: Xiaomi Poco C40, Poco C40 Plus dan Snapdragon 680 akan segera dirilis, ini bocoran spesifikasinya!

“Neraca perdagangan merupakan determinan yang sangat penting dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia. Kita bersyukur bahwa salah satu engine utama pertumbuhan ekonomi ini terus mengalami performa gemilang dan bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa,” ujar Airlangga Hartarto.

Selain kinerja surplus pada nilai ekspor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas unggulan saat ini, indikator penyumbang positifnya kinerja neraca perdagangan juga disebabkan tingginya dominasi sektor industri pada kegiatan ekspor yang mencapai 69,86 persen.

Sektor industri juga menjadi stimulus dalam peningkatan nilai surplus ekspor, hal ini karena kinerja ekspor akan mengarah pada basis komoditas-komoditas dengan nilai tambah yang terus bertumbuh.

Baca Juga: Inilah Link Nonton Wedding Agreement the Series full Episode 9

Menurut Airlangga, program hilirisasi yang diterapkan pemerintah untuk mendorong nilai tambah komoditas di tengah harga yang kian meningkat juga memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor saat ini.

Terlepas dari gambaran data di atas, bangsa ini tetap harus waspada. Memang perang antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas dan itu tentu menguntungkan bagi Indonesia sebagai pemilik komoditas unggulan tersebut.

Namun, di sisi lain konflik di kawasan Eropa itu juga menciptakan krisis energi dan pangan global. Harga energi menjadi melambung, demikian pula harga pangan. Oleh karena itu, Indonesia perlu segera melakukan diversifikasi produk unggulan ekspornya dengan serius, baik dari sisi negara maupun produk. Bila diversifikasi dilakukan, ketahanan neraca perdagangan yang positif bisa terus berkelanjutan. Penerimaan devisa pun semakin moncer.***

Baca Juga: Pelecehan seksual, Santriwati disuruh pijat alat vital pengasuh Ponpes di Lumajang. Kasus ditangani Polisi!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Indonesia.go id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X