PURWAKARTA ONLINE - Belajar dari Menteri Keuangan hingga pakar finansial Indonesia, artikel ini membahas langkah-langkah praktis dan inspiratif agar kamu bisa mengelola keuangan secara cerdas, sederhana, dan berkelanjutan baik untuk diri sendiri maupun keluarga.
Mengelola keuangan ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lihat saja bagaimana Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa berani buka-bukaan soal sistem pelaporan pajak Coretax yang sempat dikeluhkan banyak pihak.
Ia menilai, kualitas perangkat lunak dari konsorsium LG CNS-Qualysoft asal Korea Selatan masih di bawah standar.
“Bahkan, hasilnya hanya selevel pekerjaan anak lulusan SMA,” ujarnya tegas, sambil menegaskan pentingnya peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang keuangan dan teknologi.
Kisah itu bukan sekadar berita pajak—tapi juga pengingat. Kalau di level negara saja sistem keuangan bisa bermasalah karena manajemen yang kurang matang, bagaimana dengan keuangan pribadi atau keluarga kita?
Keluarga Juga Punya ‘Menteri Keuangan’ Sendiri
Menurut survei keuangan nasional, 84% keuangan keluarga di Indonesia dipegang oleh istri, namun tingkat literasi keuangan wanita masih lebih rendah dibanding pria.
Ini menunjukkan bahwa banyak pengelola uang di rumah tangga yang menjalankan peran besar tanpa bekal ilmu yang cukup.
Pakar finansial Eko Pratomo, pendiri dan penasihat senior di HalloVina, menyebutkan ada tiga dasar penting agar seorang “Menteri Keuangan keluarga” bisa bekerja efektif:
Baca Juga: BRI Apresiasi Desa BRILiaN 2024, Dorong Pemberdayaan UMKM dan Inklusi Keuangan Desa
- Pahami kebutuhan dan keinginan.
Bedakan mana kebutuhan pokok dan mana keinginan sesaat. Godaan diskon di toko online bisa membuat dompet bocor halus kalau tidak direncanakan.
“Jangan lebih besar pasak daripada tiang,” kata Eko. “Berapa pun penghasilan kita, pengeluaran harus selalu lebih kecil.” - Kelola risiko dengan cerdas.
Risiko itu pasti ada—mulai dari sakit, kehilangan pekerjaan, sampai kecelakaan. Solusinya bisa berupa asuransi, dana darurat, atau investasi kecil yang konsisten.
Muhammad Teguh, ahli finansial dari HalloVina menambahkan, “Dana darurat itu ibarat payung. Kita mungkin jarang pakai, tapi ketika hujan datang, kita akan sangat bersyukur sudah menyiapkannya.” - Rencanakan masa depan sejak sekarang.
Tanpa tujuan, uang akan cepat menguap. Eko mengingatkan pentingnya planning 1 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun ke depan, termasuk soal pendidikan anak, rumah, atau dana pensiun.
“Kalau kita punya arah, kita tahu kapan harus berhenti, kapan menabung, dan kapan berinvestasi,” ujarnya.
Langkah Praktis yang Bisa Kamu Mulai Hari Ini
Kamu tidak perlu jadi ahli ekonomi untuk mengatur keuangan. Mulailah dari hal kecil:
- Catat semua pengeluaran, sekecil apa pun.
- Gunakan satu rekening untuk kebutuhan, satu lagi untuk tabungan.
- Buat anggaran bulanan realistis yang sesuai dengan penghasilan.
- Sisihkan minimal 10% dari pendapatan untuk tabungan atau investasi.
- Evaluasi setiap akhir bulan. Apakah keuanganmu makin sehat atau justru makin boros?
Kuncinya adalah disiplin dan sadar tujuan. Keuangan yang baik bukan soal angka, tapi soal kebiasaan yang konsisten.