PURWAKARTA ONLINE - Berita Harian Pasar Saham 15 Desember 2025 mengulas dinamika global, isu tarif AS India, dan peluang sikap bijak bagi investor modern.
Pasar saham tidak pernah berdiri sendiri. Pergerakannya selalu dipengaruhi kabar global, kebijakan politik, dan arah hubungan antarnegara.
Pada 15 Desember 2025, perhatian pelaku pasar tertuju pada perkembangan terbaru dari Amerika Serikat, di mana sejumlah anggota parlemen secara terbuka menentang kebijakan tarif tinggi terhadap impor dari India.
Isu ini bukan sekadar perdebatan politik. Bagi pasar saham global, termasuk investor ritel yang aktif di media sosial, kabar seperti ini menjadi sinyal penting tentang arah perdagangan internasional dan stabilitas rantai pasok dunia.
Baca Juga: HyperOS Bikin HP Xiaomi Lebih Awet Baterai dan Ngebut, Ini Penjelasan Teknisnya
Sejumlah anggota parlemen Amerika Serikat mengajukan resolusi untuk mengakhiri status darurat nasional yang digunakan Presiden Donald Trump sebagai dasar pengenaan tarif tinggi terhadap produk asal India.
Mereka menilai tarif tersebut ilegal dan merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan eksekutif. Tarif yang dikenakan bahkan mencapai total hingga 50 persen, setelah penambahan bea sekunder sebesar 25 persen di atas tarif sebelumnya.
Anggota Kongres Raja Krishnamoorthi menyebut kebijakan tarif ini sebagai strategi yang tidak bertanggung jawab.
Menurutnya, alih-alih melindungi kepentingan Amerika, langkah tersebut justru mengganggu rantai pasokan, merugikan pekerja domestik, dan meningkatkan biaya hidup konsumen.
Baca Juga: Harga HP Xiaomi dengan HyperOS Terbaru, dari Rp1 Jutaan hingga Flagship Rp12 Jutaan
Pandangan ini sejalan dengan kekhawatiran pelaku pasar yang melihat tarif tinggi sebagai tekanan tambahan bagi ekonomi global.
Deborah Ross menyoroti dampak langsung bagi negara bagian Carolina Utara. Ia menjelaskan bahwa hubungan ekonomi dengan India telah menciptakan ribuan lapangan kerja bergaji baik, terutama di sektor ilmu hayati dan teknologi.
Tarif tinggi dinilai berpotensi menggerus investasi, ekspor, serta daya saing jangka panjang kawasan tersebut.
Sementara itu, Marc Veasey menekankan bahwa tarif ini pada akhirnya menjadi beban biaya hidup bagi masyarakat biasa, terutama di tengah tekanan harga yang sudah dirasakan banyak keluarga.
Artikel Terkait
BRI Resmi Launching Rebranding Baru, BBRI Perkuat Posisi sebagai Satu Bank untuk Semua
BRI Resmi Rebranding Jadi “Satu Bank untuk Semua”, Perkuat Posisi sebagai Bank Universal Indonesia
BRI Rebranding Jadi Satu Bank untuk Semua, Babak Baru Transformasi BBRI Dimulai dari Jakarta
Makna di Balik Rebranding BRI: Mengapa Satu Bank untuk Semua Jadi Strategi Masa Depan BBRI
BRI Usung Satu Bank untuk Semua, Ini Dampaknya bagi Nasabah Lama hingga Generasi Muda
Satu Bank untuk Semua: Cara Rebranding BRI Menyatukan Ekosistem Bisnis BBRI dari Hulu ke Hilir
Viral Video Pria Disekap Komplotan di ATM Plaza Pondok Gede, Motor Raib dan Uang Jutaan Ludes
Bikin Haru! Bocah Pengungsi Aceh Tamiang Lompat Kegirangan Saat Dapat Baju Baru
Manfaat Dana Desa 2025 di Pusakamulya Terasa Nyata, Jalan Lingkungan Kini Lebih Layak dan Aman
BRI Siapkan Rp21 Triliun Sambut Libur Nataru 2025, Transaksi Tunai dan Digital Dijamin Aman