PURWAKARTA ONLINE – Sosok Dedi Mulyadi (KDM) terus menyedot perhatian publik.
Bukan hanya karena gaya blusukannya atau cintanya pada budaya Sunda, tapi karena banyak pihak mulai mengaitkannya dengan Ramalan Gus Dur soal Prabu Siliwangi.
Ramalan Gus Dur menyebut, “Prabu akan datang bukan dengan tombak, tapi dengan senyum. Dia akan bicara dengan logat Sunda.”
Kalimat ini tertulis dalam surat pribadi Gus Dur yang belum lama ini dipublikasikan oleh media alternatif.
Sejak saat itu, media sosial hingga grup WhatsApp masyarakat Sunda ramai membicarakan KDM.
Baca Juga: Video Viral Keyskiskie Diduga Capai Durasi 20 Menit, Benarkah Ada Link Download di TeraBox?
Tak hanya di dunia maya, gerakan nyata mulai bermunculan.
Di Purwakarta, warga membentuk komunitas relawan bernama Paguyuban Macan Siliwangi.
Mereka bukan partai politik, melainkan gerakan budaya dan lingkungan yang terinspirasi nilai-nilai yang digaungkan KDM: mencintai alam, menghormati leluhur, dan menjaga adat.
Gerakan ini tumbuh organik, menyebar lewat media sosial dan diskusi di balai desa.
Mural dan patung kecil KDM berdampingan dengan harimau, simbol Prabu Siliwangi, mulai muncul di berbagai sudut desa.
Baca Juga: Siapa Sosok Its Anggi yang Viral di Telegram & TikTok? Ini Fakta Sebenarnya!
Namun, semakin kuat simpati publik, semakin banyak pula pihak yang merasa terganggu.
Beberapa elite politik mencoba membingkai KDM hanya sebagai konten kreator.