Menurutnya, homestay di kampung ini sudah berpengalaman menerima tamu, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Udara di sini sejuk, air pegunungan mengalir langsung ke rumah-rumah, dan tamu bisa menikmati teh gelang, teh khas hasil olahan tradisional masyarakat kami,” tambahnya.
Selain itu, para tamu dapat mencicipi kopi asli Pusakamulya, gula aren tradisional, serta menyaksikan langsung proses pembuatan makanan khas dan kegiatan bertani tradisional seperti membajak sawah dengan wuluku (bajak kayu khas Sunda).
Desa Wisata Edukasi dengan Kearifan Lokal
Kampung Parakanceuri dikenal sebagai desa wisata edukasi (edu-wisata) yang berfokus pada kegiatan pertanian, budaya, dan sejarah.
“Di sini wisatawan bisa belajar langsung tentang pertanian tradisional, budaya Sunda, hingga pembuatan gula aren. Banyak sekolah dari Jakarta dan provinsi lain datang untuk kegiatan edukasi,” ujar Enjang.
Kampung ini juga menjadi destinasi riset bagi akademisi dan lembaga pendidikan karena kekayaan budaya serta penerapan kearifan lokalnya.
Masuk 500 Besar ADWI 2024
Menurut data resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui situs Jadesta Kemenparekraf, Kampung Parakanceuri berhasil masuk 500 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
Capaian ini menunjukkan bahwa desa di kaki Gunung Burangrang ini memiliki potensi besar dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Komunitas lokal menjadi pelaku utama dalam mengelola pariwisata, mulai dari homestay, kuliner, hingga kegiatan pertanian dan kesenian.
Ketua Pokdarwis Kabupaten Purwakarta, Mokhamad Aripin, menyebut kawasan Kiarapedes memang memiliki potensi besar karena berada di dataran tinggi.