Festival Gandrung Sewu Banyuwangi: Keajaiban Konsolidasi Budaya di Tepi Pantai

photo author
- Rabu, 26 Juli 2023 | 02:57 WIB
Festival Gandrung Sewu (Instagram @anakkekiniabanyuwangi )
Festival Gandrung Sewu (Instagram @anakkekiniabanyuwangi )

Banyuwangi, kota yang identik dengan keindahan Tari Gandrung, merupakan tempat lahir dan berkembangnya kesenian orisinal ini dengan sejarah yang panjang. Kata "Gandrung" berasal dari Bahasa Banyuwangi yang berarti gemar, tergila-gila, atau terpesona. Penduduk Banyuwangi menyebut gandrung sebagai bentuk terpesona atau kekaguman akan Dewi Sri, Dewi Padi yang memberikan kesejahteraan bagi mereka. Tari Gandrung menjadi ungkapan rasa syukur penduduk setelah berhasil panen, dan di baliknya mengandung filosofi penghormatan kepada Dewi Sri yang menjadi semangat dalam melestarikan dan mengembangkan Tari Gandrung.

Pada awalnya, Tari Gandrung dibawakan oleh penari pria dengan dandanan seolah-olah wanita. Namun, dengan berkembangnya Islam di bumi Blambangan, tradisi Gandrung Lanang mulai meredup. Diyakini bahwa faktor ini berkaitan dengan falsafah Islam yang menolak lelaki berdandan sebagai wanita. Zaman Gandrung Lanang berakhir setelah kematian dari penari terakhirnya, Marsan.

Namun, kemudian muncul sosok Semi, yang saat itu baru berumur 10 tahun, diangkat sebagai penari Gandrung wanita pertama pada tahun 1895. Sejak itu, tarian Gandrung lebih dominan dibawakan oleh wanita daripada pria.

Tari Gandrung secara resmi diangkat menjadi ikon daerah di Banyuwangi. Pada perayaan menjadi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2002, Gandrung resmi dijadikan maskot Kabupaten tersebut. Patung penari Gandrung juga dibangun di berbagai tempat, menggantikan lambang sebelumnya, yaitu ular berkepala Gatot Kaca.

Di sekolah-sekolah, Tari Gandrung menjadi gerakan ekstrakurikuler yang wajib diikuti. Di masyarakat, Tari Gandrung terus dikembangkan melalui berbagai sanggar tari.

Gandrung Sewu menjadi atraksi khusus karena melibatkan lebih dari seribu penari, dipentaskan di tepi pantai, dengan penonton yang datang dari berbagai penjuru negeri, dihadirkan dengan tema yang mengangkat nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Aspek ini memberikan kebanggaan luar biasa bagi para penari Gandrung yang sebelumnya hanya tampil di hadapan penonton lokal.

Gandrung Sewu adalah bukti nyata bagaimana sebuah budaya mampu menggerakkan partisipasi rakyat. Pagelaran Gandrung Sewu bukan sekadar pertunjukan tari kolosal, tetapi juga merupakan simbol konsolidasi budaya yang melibatkan banyak pihak.

Festival Gandrung Sewu Banyuwangi telah menjadi magnet budaya yang luar biasa, menggambarkan kekuatan budaya dalam menyatukan dan menginspirasi banyak orang. Dengan panggungnya yang berada di tepi pantai, melibatkan ribuan penari, dan disaksikan oleh penonton dari seluruh negeri, festival ini sungguh menakjubkan. Tari Gandrung sebagai bagian dari warisan budaya Banyuwangi terus hidup dan berkembang berkat semangat dan dukungan dari masyarakat, serta kebijakan pemerintah yang melestarikan tradisi-tradisi berharga seperti ini.

Mari terus jaga dan dukung kekayaan budaya kita, agar festival seperti Gandrung Sewu Banyuwangi tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia, dan menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X